A.
Pengertian
Anak Jalanan
Anak jalanan merupakan sebutan umum
yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan,tetapi
masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga
kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua
pihak.
Pengelompokan
anak jalanan dapat ditemui berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada
mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan
dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada
penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan.
Kategori anak jalanan antara lain :
1.
anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki
hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini,
yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah
setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan
namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik
berkala ataupun dengan jadwal yang
tidak rutin.
2.
anak-anak
yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak
memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.
3.
anak-anak
yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang
hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
4.
anak
berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja dijalana,
dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagaian besar
waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
B. Faktor-Faktor Anak Jalanan
Faktor
penyebab anak jalanan antara lain :
a. Tingkat
Makro ( struktur masyarakat ), factor penyebab yang disebabkan oleh
struktur atau tatanan yang berlaku dalam
masyarakatyang terdiri dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan
struktur social yang tidak adil/ kemiskinan.
b. Tingkat
Meso ( masyarakat ) yaitu factor yang disebabkan oleh anggapan masyarakat
terhadap anak yaitu anak-anak adalah asset untuk membantu peningkatan ekonomi
keluarga, anak-anak di ajarkan bekerja yang berakibat drop out dari sekolah,
kebiasaan urbanisasi yang dilakukan oleh orang tua sehingga di ikuti oleh
anak-anak, dan ketidakserasian dalam keluarga sehingga anak tidak betah tinggal
dirumah/ lari dari keluarga.
c. Tingkat
Mikro yaitu faktor yang disebabkan atau ditimbulkan dari anak dan keluarga anak
itu sendiri. Faktor dari anak yaitu lari dari keluarga, disuruh bekerja baik
putus sekolah maupun masih bersekolah, berpetualang, bermain-main, di ajak
teman.
Namun
banyaknya anak jalanan yang menempati fasiltas-fasilitas umum di kota-kota,
bukan melulu disebabkan oleh faktor penarik dari kota itu sendiri. Sebaliknya
ada pula faktor-faktor pendorong yang menyebabkan anak-anak memilih hidup di
jalan. Kehidupan rumah tangga asal anak-anak tersebut merupakan salah satu
faktor pendorong penting. Banyak anak jalanan berasal dari keluarga yang
diwarnai dengan ketidakharmonisan, baik itu perceraian, percekcokan, hadirnya
ayah atau ibu tiri, absennya orang tua baik karena meninggal dunia maupun tidak
bisa menjalankan fungsinya. Hal ini kadang semakin diperparah oleh hadirnya
kekerasan fisik atau emosional terhadap anak. Keadaan rumah tangga yang
demikian sangat potensial untuk mendorong anak lari meninggalkan rumah. Faktor
lain yang semakin menjadi alasan anak untuk lari adalah faktor ekonomi rumah
tangga. Dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, semakin banyak
keluarga miskin yang semakin terpinggirkan. Situasi itu memaksa setiap anggota
keluarga untuk paling tidak bisa menghidupi diri sendiri. Dalam keadaan seperti
ini, sangatlah mudah bagi anak untuk terjerumus ke jalan.
C.
Hubungan Anak Jalanan dengan
Kejahatan
Dalam hal
ini anak jalanan dapat menjadi korban dari kejahatan maupun sebagai pelaku dari
kejahatan itu sendiri. Karena tidak adanya perlindungan orang dewasa ataupun
perlindungan hukum terhadap anak-anak ini, menjadikan anak-anak tersebut rentan
terhadap kejahatan. Kejahatan bisa berasal dari sesama anak anak itu sendiri,
atau dari orang-orang yang lebih dewasa yang menyalahgunakan mereka , ataupun
dari aparat. Bentuk kejahatan bermacam-macam mulai dari dikompas (dimintai
uang), dipukuli, diperkosa, disodomi, ataupun dirazia dan dijebloskan ke
penjara. Namun, anak-anak itu sendiri juga berpotensi menjadi pelaku kejahatan
atau tindak kriminal seperti mengompas teman-teman lain yang lebih lemah,
pencurian kecil-kecilan, dan perdagangan obat-obat terlarang.
D.
Cara
Mengatasi Anak Jalanan
Terdapat
beberapa alternatif “KESEMPATAN ”
yang anak jalanan perlukan :Pendampingan, karena perlakuan keluarga maupun
lingkungan menyebabkan anak jalanan terkadang merasa bahwa mereka
adalah anak yang tersingkirkan dan tidak dikasihi, olehnya kita dapat
memulihkan percaya diri mereka. “Uang” kita dapatdialihkan dengan waktu yang
kita berikan untuk mendampingi mereka. Dengan sikap“Penerimaan kita” tersebut
dapat mengatasi “luka masa lalu” mereka. Cara mengatasi anak jalanan antara
lain:
1.
Bantuan
Pendidikan
Kita dapat membantu mereka dalam
pendampingan bimbingan belajar, memberikan kesempatan mereka untuk sekolah
lagi dengan Beasiswa,Bimbingan Uper (Ujian Persamaan) untuk anak yang telah
melewati batas usia sekolah.“Uang” kita dapat kita konversi menjadi “Beasiswa”
(memang pemerintah telahmembebaskan uang SPP untuk sekolah negeri, Namun hal
tersebut digantikan dengan pungutan lainnya bahkan lebih mahal dari pada
uang SPP yang telah dihapuskan denganmengatas namakan “uang buku”, “uang
kegiatan” dan lain-lainnya.
2.
Bantuan
Kesehatan
Dengan latar belakang pendidikan
yang rendah serta lingkungan yang tidak sehat mengakibatkan mereka rentan
dengan sakit penyakit. Pada kondisisekarang mereka bukanlah tidak memiliki uang
untuk berobat namun kesadaran akanmahalnya kesehatan sangat rendah dalam
lingkungan mereka. Uang kita dapat kita rubah menjadi penyuluhan kesehatan,
pemeriksaan kesehatan untuk awareness, subsidi obat-obatan serta subsidi
perawatan kesehatan.
3.
Penyediaan
Lapangan Pekerjaan
Sebagai contoh yang baik, Carrefour
melakukan terobosan yang sangat bagus dengan menerima 4 anak jalanan yang cukup
umur untuk bekerja di perusahaannya. Langkah ini merupakan salah
satu obat mujarab terhadap penyakit masyarakat yang menjangkit bahkan
telah mulai membusuk dalam bangsa ini.Bayangkan jika terdapat “Carrefour” yang
lainnya dapat membuka kesempatan tersebut,mungkin jalanan akan sepi dengan anak
anak jalanan karena orang tua mereka telahmulai bekerja. Profile keluarga
dikembalikan seperti semula, orang tua menjadi penopangkeluarga.
4.
Bantuan
Pangan
Dengan tingginya harga sembako
membuat rakyat marginal tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dengan “Uang” dapat kita konversidengan bantuan pangan dengan mengadakan Bazaar
sembako murah, kembali kita tidak boleh memberikan kepada
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Terlihat
bahwa kehidupan kelurga sedang mengalami masa transisi darikehidupan keluarga
besar menjadi keluarga inti, dari budaya tradisional pedesaanmenjadi budaya
modern perkotaan. Karena itu, kehidupan mereka ini sangatrentan terhadap setiap
kondisi, perubahan dan pengaruh lingkungan yang terjadi.Selain itu, pendapat mereka
kurang dapat menopang secara keseluruhankebutuhan keluarga. Tentu faktor ini
juga menjadi faktor penyebab percepatan perubahan dalam kehidupan keluarga
tersebut. Mungkin suatu saat mereka akanmelakukan apa saja untuk menghidupi
keluarga karena tuntutan kebutuhan dan perubahan yang terjadi.
Dalam pola asuh keluarga terhadap
anak, pihak orang tua atau keluarga mulai memberikan kebebasan yang lebih besar
kepada anak. Jelas hal ini akan memberikan akses interaksi sosial yang semakin
luas terhadap anak untuk bergauldengan
teman-temannya. Sesungguhnya akses ini akan memberikan peluangkepada
anak untuk mengembangkan kreativitas, kemandirian dan wawasan
anak, bilamana dapat diimbangi dengan kontrol keluarga yang baik. Namun,
sebaliknya bila keluarga tidak dapat
mengontrolnya, tidak mustahil akan terjadi perilaku- perilaku yang
a-sosial terhadap anak. Karena itu, perlu dilakukan
pemberdayaan- pemberdayaan terhadap keluarga.
Terlihat adanya kesamaan persepsi antara orang
tua dengan anak dalammelihat beberapa variabel sikap dan perilaku sebagai
perilaku nakal, seperti : membolos sekolah, melawan guru, mejeng di pertokoan,
bergadang di jalanan, pulang larut malam, tidak pulang ke rumah, berkelahi
tawuran, minuman keras,narkotika, seks bebas, mencuri, memeras, membajak atau
merampok. Namun, beberapa
variabel sikap dan perilaku tidak dilihat sebagai perilaku nakal baik olehanak maupun orang tua itu sendiri, seperti :
berbohong, merokok, terlambatsekolah, dan tidak mau belajar. Pemandangan
seperti ini akan menjadi titik masuk yang memberikan peluang ke
pada anak untuk menjadi nakal.- Menurut para
remaja ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinyakenakalan anak, seperti: pengaruh media massa
khususnya TV dan film, faktor teman sebaya dan masyarakat sekitar,
kurangnya perhatian orang tua dan tidak adanya kegiatan-kegiatan
positif yang dilakukan anak di rumah.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam
mencegah kenakalan remaja,yaitu anak harus dilatih tertib dan disiplin, kerukunan
dan kehangatan dalamkeluarga harus tetap dibina, anak harus dianjurkan untuk
tetap melakukankewajiban-kewajiban ibadah, orang tua harus dapat menjadi
tauladan bagi anak,orang tua harus lebih memperhatikan kehidupan anak dan anak
harus diberikankegiatan-kegiatan positif dalam keluarga yang dapat
mencegah anak berbuatnakal.
Program-pogram yang ditawarkan kepada
masyarakat khususnya dari pihak pemerintah dalam rangka mencegah
sikap dan perilaku tindak tuna sosial belumsepenuhnya dapat menjawab permasalahan
keluarga yang sesungguhnya.Program yang ditawarkan belum mampu merubah aspek
kognitif, efektif dan psikomotorik dari masyarakat tersebut, program yang
ditawarkan lebih banyak.
B.
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian tentang anak jalanan ini, seharusnya ada pembinaan yang
diberikan oleh pemerintah, swasta, serta
masyarakat. Untuk itu masyarakat tidak memberikan pandangan negative terhadap
anak jalanan atau dengan mengucilkan anak jalanan, karena mereka sebenarnya
adalah anak-anak yang memerlukan perhatian lebih dari keluarga maupun
lingkungannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Sri Utari, Indah. 2012. Aliran dan Teori dalam Kriminologi.
Yogyakarta: Thafa Media
Percakapan dengan narasumber yang
dilakukan pada hari sabtu tanggal 19 mei 2012 pukul 16.20.
http://www.scribd.com/doc/9227580/Anak-Jalanan. Diakses pada hari senin, tanggal 21
Mei 2012, pukul 10.30 WIB
http://www.anneahira.com/anak-jalanan-13754.htm . Diakses pada hari senin, tanggal
21 Mei 2012, pukul 10.20 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar